Sebenarnya tidak sulit membedakan suatu saham masih undervalue atau sudah overvalue.biasanya akan terlihat dari perkembangan laporan keuangan. laporan keunagan perusahaan. laporan keuangan perusahaan publik memiliki rentang triwulan, tahunan yang bisa di monitor perkembanganya. jadi, saat sedang mengincar saham unggulan tidak bisa berdasarkan pada laporan triwulan maupun tahunan, apalagi pada perusahaan yang baru go public atau IPO.
Sering terjadi, begitu gosong menggorengnya hingga harga saham sudah overvalue, sudah tidak ada lagi yang bisa di harapkan selain deviden di mata investor.sudah menjadi rahasia umum laporan keuangan di buat 'manis' sehingga terasa menarik untuk dimiliki sahamnya. hal ini karena berdasarkan perkembangan sesaat, tidak melihat perkembangan di belakang maupun di depanya.
Lalu, apa saja yang harus dicermati dalam laporan keuangan untuk membedakan suatu saham sudah overlvalue atau masih undervalue?
- Perkembangan Omset,Aset,kapitalisasi selaras dengan harga saham.
Membaca laporan keuangan memang memiliki dimensi yang luas sehingga sulit di tafsirkan bila tidak melihat tolak ukur secara keseluruhan.Bisa jadi keuntungan per saham meningkat karena langkah perusahaan menjual aset, meskipun akibatnya nilai aset menjadi berkurang. bila harga saham meningkat pada momen seperti ini, harga saham menunjukan overvalue. dengan kata lain, harga saham ini sedang di goreng.Lain hal bila nilai aset bertambah, keuntungan per sahamnya juga bertambah, maka harga sahamnya naik selaras, dan dalam batas tidak overvalue.
ini juga harus dicermati. bila kenaikan harga saham melebihi kenaikan nilai aset maupun keuntungan per saham, maka ini juga bisa menuju overvalue. memang ada rasio yang perlu dilihat di laporan keuangan. jangan hanya melihat sisi berita yang bagus tanpa melihat aksi yang perusahaan lakukan bermakna perkembangan atau jalan di tempat. biasanya, investro sering terkecoh goreng-menggoreng ini tanpa melihat performa perusahaan yang sebenarnya.
- Melihat perkembangan kompetitor perusahaan
Siapa yang bisa menduga saham Nokia dan RIM bisa terjun payung. mereka pernah menjadi market leader, namun tidak pernah melakukan inovasi saat share marketnya mulai tergerus. inilah yang harus di perhatikan oleh investor saatt membeli saham perusahaan blue chip, meski saham sebuah perusahaan market leader.
meskipun laporan keuanganya bagus, tapi share marketnya tergerus maka harga sahamnya sudah overvalue. hal inilah yang di abaikan oleh investor saham blue chip kala harga sahamnya turun terus dan tidak pernah lagi naik.
Jadi, melihat suatu laporan keuangan saja tidak cukup. ada faktor external yang harus diperhtatikan. kebanyakan investor yang sukses memang bermain di banyak saham unggulan sehingga tidak mudah tergelincir ketika terjadi turunya saham.
belajar dari pengalaman besar yang pernah menjadi market leader, kemudian kolaps, akan menambah wawasan tentang saham yang undervalue. jadi, harus bisa melihat ekspektasi dari sebuah perusahaan. ini bisa dikenal dengan runor atau digoreng, tapi bisa juga melihat ''visionaries'' langkah ke depan dalam menentukan sebuah saham undervalue atau sudah overvalue.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar